Sabtu, 02 Oktober 2010

BERITA METRO TAPANULI

Kaji Ulang Dana Rehab Rumdis Walkot!
Sabtu, 02 Oktober 2010

SIBOLGA-METRO; Komunitas mahasiswa asal Sibolga yang bergabung dalam wadah Gerakan Mahasiswa Sibolga menilai biaya rehab rumah dinas (rumdis) Wali Kota (Walkot) Sibolga yang mencapai Rp6 miliar hanya untuk menghambur-hamburkan uang rakyat. Mahasiswa pun berharap DPRD Sibolga meninjau ulang kebijakannya tersebut.

Demikian disampaikan Ketua Gerakan Mahasiswa Sibolga, Samsul Pasaribu via selulernya kepada METRO, Jumat (1/10). Ia menuturkan, kabar tak sedap itu mereka dapatkan dari informasi yang tersebar di internet, dan umumnya mahasiswa asal Sibolga terkejut dan tidak habis pikir bahwa hanya untuk merehab rumah dinas sampai menembus angka miliaran rupiah. "Ini berlebihan, angka sebesar itu hanya untuk menghambur-hamburkan uang rakyat saja," sesal mahasiswa Ikopin Bandung ini.

Menurut Samsul, idealnya dana untuk melakukan rehab rumah dinas tidak harus sebanyak itu. Angka Rp900 jutaan saja masih dianggap terlalu banyak, apalagi sampai mencapai angka Rp6 milyar.

"Kendati dana rehab tersebut akan digelontorkan oleh DPRD Sibolga secara bertahap, tetap saja akan membebani APBD Kota Sibolga, sementara kita tahu di Sibolga banyak pengusaha kecil dan menengah yang sangat membutuhkan perhatian pemerintah Kota Sibolga," katanya.

Menurutnya angka Rp6 milyar itu sangat fantastik, dan andai dana sebesar itu digelontorkan untuk pengusaha kecil yang diasumsikan masing-masing mendapat Rp20 juta per unit usaha, maka pemerintah sudah dapat membantu 300 kelompok usaha kecil dan menengah selama kurun waktu lima tahun.

"Artinya, bila ini yang dilakukan, maka Pemko Sibolga dan DPRD Sibolga serius meminimalisir angka pengangguran di Kota Berbilang kaum ini. Dan memangnya Wali Kota Sibolga ingin rumah semewah apa? Dana sebesar itu sudah bisa untuk membangun satu unit lagi masjid Agung Sibolga," tegas Samsul seraya berharap DPRD Sibolga bisa menyikapi aspirasi ini dan berharap meninjau ulang kebijakannya tersebut.

Menurut Germasi, dana Rp6 miliar yang diperuntukkan bagi rehab rumah dinas menimbulkan tanda tanya besar bagi kalangan mahasiswa dan akan menjadi perhatian banyak pihak.

"Kita khawatir ada udang dibalik batu dalam proyek ini. Jadi harus mendapat perhatian dari semua pihak. Tidak tertutup kemungkinan dana sebesar itu akan terjadi penyelewengan, karena sampai detik ini kita belum bisa membayangkan semegah apakah rumah dinas Wali Kota Sibolga kelak hingga pembangunannya harus menelan biaya sebesar itu?" tanya Samsul.

Dikatannya, andai rehab Rumdis dengan menelan dana miliaran rupiah akan terealisasi, maka Germasi akan pantau terus pembangunannya dan peruntukan dananya. Dan Germasi akan libatkan KPK RI untuk memonitor penggunaan dana tersebut.

Menyikapi apa yang disampaikan ketua komisi III DPRD Sibolga Jamil Zeb Tumori yang juga ketua Fraksi Golkar DPRD Sibolga beberapa waktu lalu, bahwa Rumdis Wali Kota Sibolga sudah puluhan tahun tidak direhab dan mengharap rumdis wali kota Sibolga bisa menjadi ikon kota ini dianggap sebagai cara berpikir yang mengada-ada. "Bangunan apa pun andai usianya sudah ratusan tahun bila masih layak digunakan harus dipertahankan. Kalau pun diadakan pengrehaban tentu tidak sampai menelan biaya sefantastik itu. Kalau ingin menjadikan Rumdis Wali Kota Sibolga sebagai ikon daerah, itu lebih mengada-ada lagi. Masa rumah dinas dijadikan ikon daerah, apa mau dijadikan tujuan objek wisata? Rumah itu kan diperuntukkan bagi pejabat negara. Jadi kurang tepat dijadikan ikon, lebih baik masjid Agung Sibolga yang pembangunannya hampir rampung dibenahi, ini lebih tepat menjadi ikon daerah kita," tutur Samsul.

Kongkritnya, lanjut Samsul, Ia berharap DPRD Sibolga lebih jeli dan peduli terhadap penggunaan anggaran seefektif mungkin bagi kesejahteraan rakyat terutama peruntukannya bagi pengusaha kecil dan menengah serta bagi mahasiswa-mahasiswa Sibolga yang jungkir balik mengusahakan biaya pendidikannya di luar daerah. (afn)