Kamis, 14 April 2011

"Malaikat Maut" Bernama UN

Kamis, 14 April 2011 
Bagi sebagian pelajar Ujian Nasional hanya sebatas untuk negara bukan untuk  para pelajar. Topik kita kali ini, penulis dapatkan dari sebuah status facebook pelajar SMA kelas XII.
Oleh: Samsul Pasaribu

Dari orang yang sama juga ia menuliskan sederetan angka berikut ini 4,50 + 4,75 + 4,50 + 4,75 + 4,50 + 4,50 = 5,50 => (lulus). Sederet angka menjadi nilai manusia di negara ini. Dan kelak ketika bertemu teman lama kita akan bertanya berapa nilai anda saat ini?. Fenomena aneh yang menyerang pendidikan kita layaknya ulat bulu yang tak henti menyerang jawa tengah. Inilah yang mendorong penulis untuk mencoba menelaah maksud lain dari status facebook ini.
Deretan angka yang tertata rapi di atas berdasarkan standarisasi kelulusan UN tahun akademik 2010-2011. Pertanyaannya bagaimana bila andai deretan nilai hasil usaha maksimal itu ternyata untuk satu mata pelajaran hanya berbeda seper sekian persen dari ketentuan yang ada yang berakibat pada akhir dari deretan nilai tersebut tidaklulus?

Rabu, 13 April 2011

Obat Ampuh Bernama Briptu Norman

Rabu, 13 April 2011 
Suka atau tidak, sekarang tanah air sudah punya selebritis baru. Ia tidak lahir dari sebuah audisi berbakat atau berkat rekomendasi orang-orang hebat. Namun secara alami tanpa sengaja ia menjadi berita diseluruh media massa. Dialah Briptu Norman Kamaru. Anggota Brimob Polda Gorontalo. Norman berhasil membius bangsa ini dengan aksi kocaknya di situs Youtube. Layaknya bintang Bollywood, Norman beraksi dengan seragam kebesarannya di pos piket Brimob Polda Gorontalo
Oleh: Samsul Pasaribu
Kali ini, penulis tidak akan meramal masa depan Norman pasca sukses menjadi selebriti papan atas. Akan tetapi penulis mencoba memandang dari sisi lain fenomena Briptu Norman khususnya yang berhubungan langsung dengan permasalahan bangsa yang semakin lama semakin menumpuk tanpa pernah kita tahu kapan akan selesai.

Selasa, 05 April 2011

Revolusi Mungkinkah?

Sumedang - Layaknya penyakit menular, maka Indonesia adalah salah satu calon pasien yang terlalu mudah ketularan penyakit. Entah waktu kecil bangsa ini tidak diberi suntikan "imunisasi" yang setidaknya bisa membentengi dan memberi kekebalan tubuh rakyatnya dari berbagai virus/ bakteri yang coba menyerang. Yang pasti bangsa ini paling mudah terprofokasi oleh hal-hal baru yang belum tentu baik untuk kita.

Dinamika bom ditanah air juga penyakit menular yang datang dari timur tengah yang merasuki minoritas penduduk negeri ini. Pembenaran dalam rangka Jihad pun menjadi slogan penting. Antipati terhadap pihak asing ternyata juga memakan korban anak bangsa sendiri. Penyakit jenis ini agaknya sudah tergolong akut. Dan mungkin sudah dalam level stadium akhir. Buktinya, ditangkap satu muncul lagi yang baru.

Sabtu, 02 April 2011

Gedung Baru DPR, Kenapa Tidak!


Oleh: Samsul Pasaribu*
Grand desain Gedung Parlemen Indonesia
Kontroversi pembangunan gedung baru DPR adalah hal yang mutlak terjadi. Tudingan bentuk bangunan mirip dengan gedung parlemen Chile pun sah-sah saja dan wajar pula bentuk bangunan dinilai tidak menggambarkan kultur budaya bangsa ini. Namun, karena ini eranya kebebasan berpendapat, yang suka dan yang tidak suka bisa sama-sama benar dan bisa pula sama-sama salah. Kendati rencana pembangunan gedung seharga 1,2 triliun ini akan dipertimbangkan kembali namun, penulis berpandangan rumah wakil rakyat ini memang selayaknya direhab total. Bukan dalam rangka cari sensasi atau coba menjilat kepada pemerintahan yang saat ini berkuasa. Akan tetapi, penulis mencoba memandang dari sisi lain apa urgensinya gedung megah parlemen ini bagi kemaslahatan bangsa.
Dalam sejarahnya, bangsa ini tidak sekali dua kali dilanda krisis yang bermuara pada meningkatnya angka kemiskinan dan tak terbendungnya jumlah pengangguran. Pasca proklamasi RI 1945, Indonesia setidaknya beberapa kali dilanda krisis mulai dari krisis ekonomi tahun 1959 yang melahirkan dektrit presiden 5 Juli 1959, krisis idiologi tahun 1965-1966 yang melahirkan supersemar 1966, dan krisis tahun 1974 yang dikenal dengan peristiwa Malari. Semua krisis tersebut sangat berdampak pada tatanan ekonomi, pertahanan dan keamanan dan kesejahteraan rakyat. Pertanyaannya adalah, apakah ketika masa krisis itu datang segala bentuk pembangunan khususnya yang menyangkut harkat dan martabat bangsa dihentikan?