Jumat, 18 Februari 2011

Mungkinkah SBY Lengser?

Oleh : Samsul Pasaribu*
Habib Rizieq Shihab dan SBY
Dua pekan ini, setidaknya media baik cetak maupun elektronik sudah mewartakan kepada kita beberapa permasalah bangsa ini khususnya rencana pemerintah membubarkan ormas anarkis yang dianggap meresahkan masyarakat. Wacana ini pun ditanggapi berbeda oleh berbagai ormas, ada yang setuju ada yang percaya diri menyatakan tidak termasuk ormasi anarkis tetapi ada juga yang melakukan perlawanan langsung. Front Pembela Islam (FPI) misalnya mereka terang-terangan mengecam rencana ini. Bahkan FPI mengancam akan menggulingkan presiden RI yang saat ini di nahkodai oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Beranjak dari sini, penulis mencoba menelaah sejauh mana tingkat keberhasilan upaya pelengseran ini andai pemerintah memang jadi membubarkan ormas yang dinilai anarkis. Tentu penilaian penulis tidak akan ditinjau dari kacamata hukum ketatanegaraan kita karena memang bukan kaplingnya penulis. Namun, penulis berusaha melakukan analisis  upaya ini berdasarkan realita ditengah-tengah masyarakat setidaknya dalam kurun waktu 13 tahun ini.

Senin, 14 Februari 2011

HOSNI MOBARAK SUSUL PAK HARTO


Oleh Samsul Pasaribu*
Hosni Mobarak dan Alm. Soeharto
22 Mei tahun 1998, tepatnya sehari setelah mantan Presiden RI ke-2 Almarhum Soeharto mundur dari jabatannya pasca berkuasa 32 tahun seorang guru PPKN disalah satu SMA bertanya pada penulis, apa yang anda rasakan ketika orangtua anda diminta turun oleh jutaan rakyat negeri ini dan ketika itu terpenuhi jutaan kepala bersujud syukur dan berurai air mata menyambut kemenangan yang mengatasnamakan rakyat Indonesia?. Jujur saat itu penulis tak bisa menjawabnya.
Kini setelah 13 tahun berlalu pemandangan yang sama kembali menghiasi layar kaca televisi kita. Pemandangan itu tak ada beda kecuali pada tempat, orang dan waktunya. Ya, di Mesir oleh rakyat Mesir dan dimulai sejak 25 Januari 2011. Peristiwa yang dikenal dengan sebutan Revolusi Mesir itu akhirnya “memaksa” sang presiden mundur setelah berkuasa 30 tahun lamanya. Bila kita mencermati detik demi detik gejolak Mesir, maka kita akan temukan tak ada beda Revolusi Mesir 2011 dengan Reformasi Indonesia 1998. Keduanya menuntut turunnya sang presiden yang kebetulan keduanya juga sama-sama mantan tentara dan keduanya juga sempat mengatakan menolak untuk mundur. Hal yang sama lainnya walaupun mungkin tidak begitu berhubungan, keduanya juga sama-sama sedang menyiapkan anaknya untuk menggantikan dirinya setelah tidak berkuasa lagi.

Selasa, 08 Februari 2011

Wacana Perubahan Slogan Sibolga dinilai tidak argumentatif


Minggu, 06 Februari 2011
Sibolga-Metro
Adanya wacana perubahan slogan (bukan motto seperti yang disebutkan para tokoh) kota Sibolga merupakan sesuatu yang salah kaprah. Karena antara kata slogan dengan motto merupakan dua kata yang punya makna yang berbeda. Hal ini disampaikan ketua umum PB Germasi Samsul Pasaribu didampingi kepala Departemen Seni dan Kebudayaan Monika Elfi Sitompul kepada Metro Jumat/04/2011. Wacana yang digulirkan oleh sebahagian kecil tokoh Sibolga ini telah dibahas secara mendalam oleh Germasi melalui media jejaring sosial facebook sejak pertama sekali digulirkan hingga sampai pada satu kesimpulan Seluruh mahasiswa asal Sibolga menyesalkan wacana ini dan dianggap hanya cari sensasi.
Menurut Samsul, para tokoh yang mencoba mewacanakan ini terjebak oleh kata moto/motto dan slogan. bila ditelaah dalam kamus besar bahasa Indonesia, kalimat “Sibolga Negeri Berbilang Kaum atau Siboga Nagari Badusanak Saiyo Sakato” tidak masuk dalam kategori motto. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) dengan jelas diterangkan bahwa moto (motto) adalah frasa/kata yang digunakan sebagai semboyan, pedoman atau prinsip. Motto juga biasanya terdiri dari 2 sampai dengan 3 kata misalnya “berani karena benar” atau “yakin usaha sampai”. Maka jika para tokoh mewacanakan pergantian motto Sibolga saat ini maka salah besar bila yang diganti adalah kalimat “Sibolga negeri berbilang kaum” karena sesuai dengan defenisi moto/motto tadi kalimat ini tidak masuk kategori moto/motto. Sejatinya, jika memang ingin merubah motto Sibolga yang diganti bukan negeri berbilang kaum akan tetapi motto Sibolga saat ini yaitu “Saiyo Sakato”. Motto ini sendiri telah ditetapkan sejak tahun 2002 bersamaan dengan penetapan maskot kota Sibolga berupa 2 ekor ikan aso-aso diatas curano bertuliskan saiyo sakato dalam sayembara yang diselenggarakan pemko Sibolga dan saat itu sayembara dimenangkan oleh saudara Nuzar Carmina.

Jumat, 04 Februari 2011

10 Tahun DPR Tidak Naik Kelas

Oleh : Samsul Pasaribu
Dulu almarhum KH.Abdul Rahman Wahid (mantan presiden RI) pernah dengan tegas berkata DPR seperti taman kanak-kanak. Hal itu beliau sampaikan sudah 10 tahun yang lalu. Andai itu betul, maka seharusnya sekarang DPR minimal sudah duduk dikelas  IX SMA (SD 6 tahun + SMP 3 tahun dan SMA baru satu tahun). Tapi pasca pengusiran dua orang pimpinan KPK RI oleh Komisi III DPR RI, agaknya lembaga terhormat itu belum layak disebut “dewasa” dalam menyikapi persoalan. Mereka masih terlihat bagai sekumpulan anak-anak beranjak dewasa yang bernasib baik dan digaji dengan uang rakyat.
Pertanyaanya adalah salahkah DPR RI menolak Bibit dan Chandra? Tentu, lain lubuk lain ilalang, lain yang ditanya lain pula cara pandang. Umumnya (kecuali komisi III DPR RI) penolakan komisi III DPR ini menuai kekesalan beberapa tokoh nasional bangsa ini mulai dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsudin yang mengaku prihatin hingga Lembaga ICW yang menilai DPR RI salah kaprah dalam menerjemahkan kasus deponering Bibit dan Chandra.