Rabu, 13 April 2011

Obat Ampuh Bernama Briptu Norman

Rabu, 13 April 2011 
Suka atau tidak, sekarang tanah air sudah punya selebritis baru. Ia tidak lahir dari sebuah audisi berbakat atau berkat rekomendasi orang-orang hebat. Namun secara alami tanpa sengaja ia menjadi berita diseluruh media massa. Dialah Briptu Norman Kamaru. Anggota Brimob Polda Gorontalo. Norman berhasil membius bangsa ini dengan aksi kocaknya di situs Youtube. Layaknya bintang Bollywood, Norman beraksi dengan seragam kebesarannya di pos piket Brimob Polda Gorontalo
Oleh: Samsul Pasaribu
Kali ini, penulis tidak akan meramal masa depan Norman pasca sukses menjadi selebriti papan atas. Akan tetapi penulis mencoba memandang dari sisi lain fenomena Briptu Norman khususnya yang berhubungan langsung dengan permasalahan bangsa yang semakin lama semakin menumpuk tanpa pernah kita tahu kapan akan selesai.
Bila kita analogikan negara ini seperti tubuh maka, tubuh yang sesaat lagi akan berusia 66 tahun ini telah tua renta dan sakit-sakitan. Penyakit yang dideritanya pun tidak tanggung-tanggung, komplikasi.  Bukan satu dua penyakit namun multi penyakit. Mulai dari Kasus Century dan Gayus Tambunan yang tak kunjung selesai hingga yang paling baru aksi penolakan gedung baru DPR yang diwarnai oleh aksi nonton video porno salah satu anggota dewan. Penyakit lainnya yang seiring sejalan adalah komplik di tubuh PSSI yang berujung lahirnya komite normalisasi pimpinan Agum Gumelar, hingga nasib 20-an warga negara Indonesia yang dibajak perompak Somalia yang tak kunjung bisa dibebaskan.
Ditengah serangan penyakit yang bertubi-tubi diatas, muncul sosok Briptu Norman Kamaru. Anggota polisi ini muncul mewarnai berita televisi nasional bukan karena perintah Kapolri Jenderal Pol.Timor Pradopo, atau karena terlibat kasus kenakalan anggota polri seperti yang lazim kita dengar. Namun, Briptu Norman hadir ditengah-tengah publik tanpa sengaja dan tidak terencana. Niat awalnya hanya menghibur rekan kerja yang sedang dirudung masalah keluarga namun, tak disangka malah menghibur 230 juta jiwa penduduk Indonesia.
Singkatnya, Norman hadir menjadi obat ampuh bagi jutaan rakyat negeri ini. Ia seperti penawar racun yang memberi sedikit senyuman. Fenomena Briptu Norman telah menghipnotis kita untuk berhenti sesaat membicarakan masalah anggota dewan yang tak  beretika. Melupakan ketidak pedulian wakil rakyat yang tetap ngotot membangun gedung baru. Kita juga tidak begitu peduli oleh ulah Arifinto yang asik nonton video porno. Sepekan ini kita tersenyum, terhibur, dan tertawa geli menyaksikan aparat negara kita menghibur dengan goyang chayya-chayya-nya.
Penulis yakin, ini bukanlah pengalihan issu yang biasanya sering dilontarkan oleh lawan-lawan politik penguasa. Kalau pun iya, rakyat (termasuk saya) tidak akan peduli dengan itu. Ketidak pedulian itu lahir oleh karena rasa jenuh rakyat terhadap tingkah laku aparatur pemerintah yang masih jauh dari kesan memuaskan. Mata juga sudah lelah melihat perang urat saraf para politisi dilayar kaca dan media cetak. Kehadiran si “polisi India” ini menjadi pengobat utama menghilangkan kepenatan pikiran dan penyakit komplikasi bangsa ini. Walau Norman hadir bukan untuk menyembuhkan, tapi setidaknya Norman telah mampu menghilangkan sesaat rasa sakit hati rakyat negeri ini terhadap para pemegang kekuasaan.
Ditanah air kita, sangat jarang kita temukan jenis hiburan yang mampu diterima oleh seluruh kalangan masyarakat. Selebritis papan atas sekali pun, tidak pernah diterima secara total oleh mayoritas rakyat Indonesia. Setiap selebriti punya kelompok penggemar masing-masing. Namun tidak demikian halnya dengan Briptu Norman. Ia mampu menghibur seluruh rakyat mulai dari desa hingga kota. Mulai dari para penumpuk harta hingga rakyat jelata. Komunitas artis sendiri terang-terangan mengakui bahwa Briptu Norman benar-benar menghibur dan layak mendapat apresiasi.
Sepekan sudah fenomena Briptu Norman menghiasi layar kaca kita. Keinginannya menghibur rekan kerja diperluas oleh Tuhan Yang Maha Esa menjadi menghibur seantero rakyat negeri. Kini, Briptu Norman sudah sama sibuknya dengan Kapolri walau pun dalam konteks yang berbeda. Pak Kapolri pun tidak usah khawatir. Sepopuler apa pun Briptu Norman kelak, ia tak akan pernjadi menjadi Kapolri menggantikan bapak. Bila tugas pokok dan fungsi Polri adalah menganyomi dan memberi rasa aman bagi rakyat, maka setidaknya Briptu Norman telah menyajikan itu untuk kita. Terimakasih atas obatnya Briptu Norman Kamaru! (***)

Penulis adalah presiden mahasiswa Insitut Manajemen Koperasi Indonesia dan ketua umum PB Gerakan Mahasiswa Sibolga-Indonesia (Germasi)

terbit juga di Harian Metro Tapanuli edisi 13 April 2011

Tidak ada komentar: